Belajar Menghargai...Edisi Merenung

Disclaimer: tulisan ini murni opini pribadi penulis

Dua bulan lalu saat ke Solo, kami mampir sejenak ke Museum Kereta Api Ambarawa. Sepulangnya, Rafdan minta dibelikan miniatur kereta api dari kayu.
S: berapa Bu harganya?
P: 50.000
S: dalam hati ngebatin mahal juga padahal kaya gini aja, tapi kayaknya lidah kelu untuk menawar. Lalu saya pastikan lagi ke Rafdan "Dan, mau yang mana keretanya?"
R: "yang ini aja Bu" sambil menunjuk kereta warna hijau
S: "yang hijau ya Bu", sembari menyerahkan uang

Sebulan setelahnya pak suami & Rafdan berkreasi membuat buldoser dari kardus (saya mah berperan sebagai tim hore aja), proses pembuatan menghabiskan waktu 3 hari dan selama itu saya merelakan rumah dalam kondisi Messy.

Ngobrol dengan pak suami:
S:"Yah, ternyata susah juga ya buatnya, apalagi bikin ini (sambil tunjuk kereta hijau Rafdan)
PS: "iya, itu (kereta_red) malah lebih susah karena lekukannya, harus punya alat khusus (saat pembuatan buldoser memang alat dan bahan seadanya)

Hmm, saya jadi berpikir berarti harus "belajar menghargai" sesuatu yang belum tentu bisa kita buat sendiri..

Apa kira-kira hal yang bisa kita lakukan? Kalau saya pribadi agak sungkan nawar, paling kalau mau nawar tanya dulu "bisa kurang ga pak" atau "pas-nya berapa" jadi sama-sama enak antara pembeli dan penjual.

Selain itu, rem lisan jangan sampai mencela, seperti misal keluar kata-kata "ko gini aja mahal" 

Yah intinya, kita belajar menghargai hasil karya orang lain, karena belum tentu kita bisa buatnya (apalagi saya bukan orang yang kreatif *tutup muka*)

#ibu merenung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengurus Roya Sendiri

Alternatif Kuliner Sekitaran Jombang - Pondok Aren

NHW Pra Bunda Sayang #Adab Menuntut Ilmu dan Code of Conduct